PERISTIWA PRRI/PERMESTA DALAM PANDANGAN INGATAN ANTAGONISTIK DAN KOSMOPOLITAN DAN REPRESENTASI IDENTITAS BUDAYA MASYARAKAT TIONGHOA ERA SOEHARTO
(1) Universitas Indraprasta PGRI Jakarta
(*) Corresponding Author
Abstract
Abstract
One of the events that happened in Indonesia and was considered a movement that rebelled against the central government during the Soekarno government was the PRRI/PERMESTA incident. The incident that occurred in 1958 was known to have been carried out by several military officials in the regions, especially the Sumatra and Sulawesi regions, which were also known to have been carried out by politicians from leading parties at that time in Indonesia. This event will be discussed in terms of the antagonistic and cosmopolitan collective memory that also dragged the United States' involvement at that time. In addition, there were also events that raised the Chinese community, which eventually they became part of Indonesian society, although in the process they were subjected to several policies that eliminated culture as their identity. This research is a library research study that uses historical methods, covering four stages, including: heuristics, criticism, interpretation and historiography. The result of this research is that in the view of antagonistic and cosmopolitan memory, the PRRI/PERMESTA incident left a deep impression that the rebels against the central government received consequences and punishments that were not light. Conflicts between the center and the regions were resolved with a decision in favor of the center which was detrimental to the regions both in terms of the involvement of military personnel in the regions and the impact that politicians from well-known parties had to accept. In the next incident that happened to the Chinese community, they were exposed to policies that caused Chinese culture to disappear with the excuse that the Suharto regime government emphasized 'assimilation' in its journey as part of the process of representing the Chinese community in Indonesia.
Keywords: PRRI/PERMESTA, Antagonistic Memory, Cosmopolitan, Chinese
ABSTRAK
Salah satu peristiwa yang pernah terjadi di Indonesia dan dianggap sebagai gerakan yang memberontak kepada pemerintahan pusat ketika pemerintahan Soekarno adalah peristiwa PRRI/PERMESTA. Peristiwa yang terjadi tahun 1958 itu diketahui dilakukan oleh beberapa petinggi militer yang ada di daerah khususnya wilayah Sumatera dan Sulawesi yang juga diketahui dilakukan oleh politikus dari partai terkemuka saat itu di Indonesia. Peristiwa ini akan dibahas dalam pandangan ingatan kolektif antagonistik dan kosmopolitan yang juga menyeret keterlibatan Amerika Serikat pada saat itu. Selain itu pula terdapat peristiwa yang mengangkat masyarakat Tionghoa yang akhirnya mereka menjadi bagian dari masyarakat Indonesia walaupun dalam prosesnya mereka dikenai beberapa kebijakan yang menghilangkan budaya sebagai identitas mereka. Penelitian ini merupakan studi library research yang menggunakan metode sejarah, meliputi empat tahap antara lain: heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Hasil dari penelitian ini adalah dalam pandangan ingatan antagonistik dan kosmopolitan, peristiwa PRRI/PERMESTA meninggalkan kesan mendalam bahwa para pemberontak terhadap pemerintahan pusat mendapatkan akibat dan hukuman yang tidak ringan. Konflik antara pusat dan daerah yang terselesaikan dengan keputusan memihak ke pusat yang merugikan bagi daerah baik dari sisi keterlibatan personil militer di daerah maupun dampak yang harus diterima oleh politikus dari partai ternama. Dalam peristiwa berikutnya yang terjadi pada masyarakat Tionghoa terkena kebijakan yang menyebabkan budaya Tionghoa hilang dengan alasan pemerintah rezim Soeharto yang menekankan ‘asimilasi” dalam perjalannya merupakan bagian dari proses representasi masyarakat Tionghoa di Indonesia.
Kata Kunci: PRRI/PERMESTA, Ingatan Antagonistik, Kosmopolitan, Tionghoa
Full Text:
PDF (Indonesian)References
Assidiqi, Hamas. (2018). Kebijakan Asimilasi Terhadap Etnis Tionghoa Di Jakarta Tahun 1966-1998. Jurnal Prodi Ilmu Sejarah. Vol. 3, No. 3. 375-388, dapat diakses melalui http://journal.student.uny.ac.id
Astiagyna, Shintia. (2012). “Perjanjian Dwikenegaraan : Kehidupan Etnis Tionghoa Di Glodok (1955-1969)”. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Blackburn, Susan. (2011). “Jakarta: A History”. (trj) Triwira, Gatot. Jakarta: Masup.
Cento Bull, A and Hansen, HL. (2020). Agonistic Memory and the UNREST Project. Modern Languages Open, 1(20).
Chessiagi, Levia dkk. (2018). Dinamika Kehidupan Sosial Budaya Etnis Tionghoa Dalam Bingkai Kebijakan Asimilasi Orde Baru (1966-1998). Jurnal Sejarah dan Pendidikan Sejarah. 7(1), dapat diakses melalui https://ejournal.upi.edu/index.php/factum/article/download/11941/7196
Dawis, Aimee. (2010). “Orang Indonesia Tionghoa Mencari Identitas”. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hall, Stuart. (2020). Cultural Identity and Diaspora. Routledge
Levy, Daniel and Sznaider, Natan. (2002). Memory Unbound: The Holocaust and the Formation of Cosmopolitan Memory. European Journal of Social Theory. 5.
Ricklefs, M.C. (2008). Sejarah Indonesia Modern. Jakarta: Serambi.
Yap Thiam Hien S.H.. (1967). “Hal-Hal Apa Harus Diperhitungkan Kalau Ingin Ganti Nama”. Kompas: 26 Januari 1967.
Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Indraprasta PGRI Address: Jl. Raya Tengah No.80, RT.6/RW.1, Gedong, Kec. Ps. Rebo, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13760, Indonesia Contact Email : jurnal.estoria@unindra.ac.id Contact Phone : +62 878-8493-3275 Company : Program Studi Pendidikan Sejarah - Universitas Indraprasta PGRI