ETNIS TIONGHOA: PLURALISME DAN REGULASI BIROKRASI DI INDONESIA

A Maftuh Sujana(1*), Eva Syarifah Wardah(2), Alfiah Alfiah(3)

(1) 
(2) 
(3) 
(*) Corresponding Author

Abstract


ABSTRAK Artikel ini mencoba mengulas dan memberikan gambaran tentang kehidupan warga Indonesia yang leluhurnya dari Tionghoa ataupun peranakan. Selian itu juga di gambarkan kehidupan yang pluralis serta kebijakan yang melandasi sikap pluralis tersebut. Metode yang di gunakan dalam penelitian adalah metode sejarah, dengan empat tahap yakni Heuristik, Verifikasi, Intepretasi dan Historiografi. Hasil temuan menunjukkan bahwa warga minoritas Tionghoa di Indonesia terdapat dua kelompok yaitu Cina Peranakan dan Cina Totok. Tionghoa totok adalah orang asli Tionghoa yang berdarah murni Cina (totok Tionghoa), sedangkan cina peranakan adalah hasil percampuran antara warga Tionghoa Asli dengan penduduk tempatan. Perbedaan keduanya terletak pada bahasa yang digunakannya di rumah. Terdapat juga perbedaan-perbedaan dalam logat dan dialek, ucapan dalam kehidupan sosial budaya dan dalam corak pendidikan serta dalam adat istiadat lainnya. Perbedaan ini disebabkan oleh karena pengaruh dari lingkungan kehidupan masyarakatnya. Pluralitas ke Indonesiaan mulai tampak saat KH. Abdurahman Wahid sebagai Presiden menghapus politik asimilasi diskriminasi terhadap etnis Tionghoa dengan mengeluarkan Keputusan Presiden No. 6 Tahun 2000, dilandasi oleh pemikiran demokrasi KH. Abdurahman Wahid tidak sejalan dengan implementasi kebijakan yang diberlakukan pada masa Orde Baru. Keyword. Pluralisme, Tionghoa, Diskriminasi, Abdurahman Wahid.

Full Text:

PDF (Indonesian)

References


Abdullah Dahana . 2001. “Kegiatan Awal

Masyarakat Tionghoa di

Indonesia”, Jurnal Wacana,Vol 2

No 1

Adrian Perkasa. 2012. Orang-orang

Tionghoa dan Islam di Majapahit.

Yogyakarta: Ombak.

Daradjadi.2013.Geger Pecinan 1740-

, “Persekutuan Tionghoa

Melawan VOC”,. Yogyakarta:

Buku Kompas.

Edi, Suharto.2009. Kebijakan Sosial

Sebagai kebijakan Publik. Bandung:

Alpabeta.

FX. Lilik Dwi M. Imlek. 2019. Tradisi

Yang tak Lagi Sendiri (Jakarta:

ANTARA News). Dalam

http://www.antaranews.com/berita/

/imlek-tradisi-yang-tak-lagisendiri diakses 29-04-2019

Hidajat, Z. M, Masyarakat dan

Kebudayaan Cina di Indonesia,

.

Husein Muhammad. Tt. “Pluralisme Gus

Dur “Gagasan Para Sufi”, Sumber

Majalah Cahaya Sufi,

Irfan Islamy.1993. Kebijakan Publik.

Jakarta: Karunia.

Koenjaraningrat.1994. Kebudayaan

Mentalitas dan Pembangunan.

Jakarta; Gramedia Pustaka Utama.

Kuntowijoyo.2001. Pengantar Ilmu

Sejarah Cet-Ke 4. Jogjakarta: Bentang.

Leo, Suryadinata.1984. Dilema Minoritas

Tionghoa. Jakarta: Grafiti Pers.

Leo,Suryadinata.2010. Etnis Tionghoa

dan Nasionalisme Indonesia.

Jakarta:Kompas Media Nusantara

Leo, Suryadinata. Tt. Politik Tionghoa

Peranak di Jawa. Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan.

Rustopa.2008. Jawa Sejati : Otobiografi

GoTik Swan. Yogyakarta: Ombak.

Siska Yulia Nurda, dkk, Peranan KH.

Abdurahman Wahid Dalam

Penghapusan Diskriminasi

Terhadap Etnis Tionghoa di

Indonesia Tahun 1999-2000

Soerjono Soekanto.2010. Sosiologi Suatu

Pengantar.Jakarta : Rajawali Press.

Suheri Sidik Ismail.1999. Khulashah

Sirah Gus Dur dari Pesantren ke

Istana. Surabaya: Dunia Ilmu.

Tomi Sujatmiko, tt. “Perbedaan Pribumi

dan Non Pribumi Sudah Kuno”,

Kedaulatan Rakyat. Vol 2 No. 2

W.P. Groeneveldt.2009. Nusantara

dalam catatan Tionghoa. Jakarta:

Komunitas Bambu.

Yoga Ad. Attarmizi Dkk. 2000. Gus Dur

dari Pesantren ke Istana. Bandung:

Remaja Rosda Karya.

Yusiu, Liem.2000. Prasangka Terhadap

Etnis Cina: Evaluasi 33 Tahun di

bawah Rejim Soeharto. Jakarta:

Djambatan.




Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Indraprasta PGRI Address: Jl. Raya Tengah No.80, RT.6/RW.1, Gedong, Kec. Ps. Rebo, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13760, Indonesia Contact Email : jurnal.alur@unindra.ac.id Contact Phone : +6281213563171 Company : Program Studi Pendidikan Sejarah - Universitas Indraprasta PGRI